"Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat.Tidak ada yang dapat menggantikan kerja keras. Keberuntungan adalah sesuatu yang terjadi ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan." Thomas A. Edison,

"Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka; namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka." Alexander Graham Bell,

16 September 2011

HAMBATAN PENGEMBANGAN SIMRS

Pengembangan Sistem Informasi dan Hambatan-hambatannya:


Pengelolaan data Rumah Sakit yang sangat besar baik data medik pasien maupun data-data administrasi yang dimiliki oleh rumah Sakit sehingga mengakibatkan :
1.        Redudansi Data, pencatatan data yang berulang-ulang menyebabkan duplikasi data sehingga kapasitas yang di perlukan membengkak dan pelayanan menjadi lambat, tumpukan filing sehingga memerlukan tempat filing yang cukup luas.
2.        Unintegrated Data, penyimpanan data yang tidak terpusat menyebabkan data tidak sinkron, informasi pada masing-masing bagian mempunyai asumsi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit /Instalasi.
3.        Human Error, proses pencatatan yang dilakukan secara manual menyebabkan terjadinya kesalahan pencatatan yang semakin besar dan tidak singkrong dari unit satu ke yang lainya dan akan menimbulkan banyaknya perubahan data (efeknya banyak pelayanan akan berdasarkan sesuka perawan/dokter sehinga dokter / perawat bisa menambah bahkan mengurangi data/tarif sesuai dengan kondisi saat itu, misal yang berobat adalah sodaranya makan dengan seenaknya dokter/perawat memberikan discont tanpa melalu prosedur yang tepat. Dan menimbulkan kerugian pada rumah sakit.
4.        Terlambatnya Informasi, dikarenakan dalam penyusunan informasi harus direkap secara manual maka penyajian informasi menjadi terlambat dan kurang dapat dipercaya kebenarannya.
Era globalisai yang ditandai dengan adanya Perdagangan bebas mengharuskan sektor Kesehatan terutam Rumah Sakit untuk meningkatkan daya saing dengan memberikan pelayanan yg sebaik-baiknya kepada pelanggan ataupun pasien bahkan penyajian laporang yang akurat bagi para pengambil keputusan, bakan rumah sakit vertical cenderung untuk segera merubah tatana rumah sakit menjadi sebuah badan layanan umum, sehingga lebih mudah dalam penataan administrasinya.
Guna mengatasi hambatan–hambatan dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, keberadaan “Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit” sangat dibutuhkan, sebagai salah satu strategik manajemen dalam  meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan memenangkan persaingan bisnis.
Sistem Informasi Manajemen merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi yang terintegrasi dan di intergrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen, sehingga dalam tahapannya akan membuat bebrapa SOP baru guna menungjang kelancaran penerapan Sistem yang tertata dengan rapih dan baik.
Berdasarkan definisi di atas, maka kita dapat membagi Sistem Informasi Manajemen menjadi 5 komponen utama guna menunjang terlaksanana penerapan system informasi yang benar dan sesuai kebutuhan:
  1. Software (Sistem Informasi Manajeman Rumah Sakit)
  2. Hardware (Perangkat Kerasa berupa Komputer, printer dan lainnya)
  3. Networking (Jaringan LAN, Wireless dan lainnya)
  4. SOP (Standar Operasional Prosedur)
  5. Komitment (Komitmen semua unit/instalasi yang terkait untuk sama-sama mejalankan system karena system tidak akan berjalan tanpa di Input)
  6. SDM (sumberdaya manusia adalah factor utama suksesnya sebuah system dimana data diinput dan di proses melalui tenaga-tenaga SMD tersebut)
Sistem Informasi Manajemen saat ini merupakan sumber daya utama, yang mempunyai nilai strategis dan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai daya saing serta kompetensi utama sebuah organisasi dalam menyongsong era Informasi ini.
Di bidang    kesehatan    terutama Rumah Sakit sangat membutuhan Sistem Informasi Manajemen untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat untuk menyongsong ‘Indonesia Sehat 2010’.
Berikut hal-hal yang harus diperhatikan agar Sistem Informasi Manajemen yang dibuat dapat teraplikasikan dengan sukses :
  1. Development Master Plan, cetak biru pembangunan harus dirancang dengan baik mulai dari survei awal hingga berakhirnya implementasi, yang perlu diperhatikan adalah terlibatnya faktor pengalaman dalam membangun pekerjaan yang sama, serta peran serta semua bagian dalam organisasi dalam mensukseskan Sistem Informasi Manajemen yang akan dibangun, master plan ini yang akan menjadi acuan pembuatan sebuah sistem untuk jangka waktu tidak terbatas.
  1. Integrated, dengan integrasi antar semua bagian organisasi menjadi satu      kesatuan, akan membuat sistem berjalan dengan efisien dan efektif sehingga kendala-kendala seperti redudansi, re-entry dan ketidakkonsistenan data dapat dihindarkan, dengan harapan pengguna sistem memperoleh manfaat yang dapat dirasakan secara langsung, perubahan pola kerja dari manual ke computer akan menimbulkan efek baik dan buruk bagi seorang tenga medis.
  1. Development Team, tim yang membangun Sistem Informasi Manajemen harus ahli dan berpengalaman di bidangnya, beberapa bidang ilmu yang harus ada dalam membangun sebuah Sistem Informasi Manajemen yang baik adalah: Manajemen Informasi, Teknik Informasi, Teknik Komputer, dokter, perawat dan tentunya orang-orang sudah sudah berkecipung dibidang pengembangan system informasi manajeman khususnya rumah sakit (kesehatan).
  1. Teknologi Informasi, ketepatan dalam memilih Teknologi Informasi sangat penting dalam pembangunan, komponen-komponen Teknologi Informasi secara umum adalah Piranti Keras (Hardware), Piranti Lunak (Software) dan Jaringan((Network). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih teknologi adalah :
ü       Price, harga sesuai dengan Teknologi Informasi yang didapat
ü       Performance, diukur dari kemampuan, kapasitas dan kecepatan Teknologi Informasi menangani proses maupun penampungan data
ü       Flexibility, kemampuan Teknologi Informasi saling beradaptasi dan  kemudahan pengembangan di masa yang akan datang
ü       Survivability, berapa lama Teknologi Informasi mendapatkan dukungan dari vendor maupun pasar
ü       Yang paling penting adalah sesuikan dengan kebutuhana pengembangan kemasa depan tentunya
Selain mengikuti suatu siklus hidup, dalam pengembangan sistem informasi, perlu dilakukan beberapa pendekatan, seperti:
1. Systems Approach
Pendekatan sistem merupakan pendekatan yang memperhatikan sistem informasi sebagai suatu kesatuan yang utuh terintegrasi dengan semua kegiatan-kegiatan lain di dalam organisasi. Pendekatan sistem ini juga menekankan pada pencapaian sasaran keseluruhan dari organisasi, tidak hanya memperhatikan sasaran dari sistem informasi saja.
2. Top-Down Approach
Pendekatan ini dimulai dari tingkatan atas organisasi (strategic planning level), yaitu dimulai dengan mendefinisikan sasaran dan kebijakan organisasi. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis kebutuhan informasi. Setelah kebutuhan informasi dapat ditentukan, maka proses turun ke penentuan output, input basis data, prosedur-prosedur operasi dan kontrol. Pendekatan dari atas ke bawah ini sesuai dengan pendekatan sistem.
3. Modular Approach
Pendekatan moduler memecah-mecah sistem yang rumit menjadi bagian modul-modul yang lebih sederhana. Sebagai akibatnya, tiap-tiap modul dapat dikembangkan dalam waktu yang tepat sesuai dengan yang direncanakan, mudah dipahami dan mudah dipelihara.
4. Evolutionary Approach
Pendekatan ini akan menghasilkan suatu sistem yang mampu beradaptasi dengan perkembangan-perkembangan organisasi di masa yang akan datang, sehingga didapatkan suatu sistem yang mempunyai biaya pemeliharaan yang rendah.
Secara besar system informasi harus dikelompokan pada kelas rumah sakit dan status rumah sakit
  1. Rumah Sakit Vertikal
  2. Rumah Sakt Umum Daerah
  3. Rumah Sakit Umum Swasta
  4. Rumah Sakit Spesialist
Dengan dikelompokannya rumah sakit kedalam kelompok-kelompok diatas guna mempermudah sejauh mana tingkat kebutuhan system informasi terutama yang di dasarkan pada modular, modul-modul yang di gunakan oleh rumah sakit daearh tentu akan berbeda dengan rumah sakit vertical maupun swasta.
Kendala-kendala yang sering terjadi dilapangan saat implementasi adalah
  1. ketidak siapan rumah sakit dalam menerapkan system informasi yang terintergrasi dan berbasi kmputer.
  2. penyajian data yang belum semua menjadi data electronic yang akan memudahkan pada proses migrasi data.
  3. Komitment yang dilaksanakan secara bersamaan dan menyelur sehingga menimbulkan kekacaun pada data transakit.
  4. koordinasi antar unit bagian yang terkesan mementingkan unit masing-masing
  5. berubah-ubahnya kebijakan
  6. Mengubah pola kerja yang sudah terbiasa dengan manual ke komputerisasi
  7. pemahaman yang belum merata antara SDM terkait
  8. dan lain-lain

Tentang SIMRS

           Dalam era globalisasi sekarang ini, rumah sakit dituntut untuk meningkatkan kinerja dan daya saing sebagai badan usaha dengan tidak mengurangi misi sosial yang dibawanya. Rumah sakit harus merumuskan kebijakan-kebijakan strategis antara lain efisiensi dari dalam (organisasi, manajemen, serta SDM) serta harus mampu secara cepat dan tepat mengambil keputusan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat agar dapat menjadi organisasi yang responsif, inovatif, efektif, efisien dan menguntungkan.

         Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Terintegrasi (SIMRST) adalah sistem komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk mendukung kinerja dan memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat. Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer merupakan sarana pendukung yang sangat penting – bahkan bisa dikatakan mutlak – untuk operasional rumah sakit
Berbagai pengalaman rumah sakit yang menggunakan sistem administrasi konvensional menunjukan banyaknya kehilangan kesempatan memperoleh laba akibat dari lemahnya koordinasi antar departemen maupun kurangnya dukungan informasi yang cepat, tepat, akurat, dan terintegrasi.

A. Beberapa Kasus
        Pada sistem administrasi konvensional, pencatatan pendapatan perawatan dibuat pada saat pasien akan membayar tagihannya atau pada saat pasien akan keluar dari rumah sakit, bukan pada saat tindakan perawatan dilakukan. Pencatatan tersebut dilakukan oleh masing-masing bangsal/ruangan yang memungkinkan adanya unsur subyektifitas dimana seorang kepala ruangan berwenang untuk mengestimasi sendiri tingkat kemampuan pasien dan berapa tindakan perawatan ataupun obat-obatan yang tidak ditagihkan ke pasien. Kondisi pemberian potongan di masing-masing ruangan ini jelas akan menimbulkan akibat yang kurang baik, dimana pendapatan rumah sakit menjadi berkurang dan insentif untuk jasa medis dipotong secara sepihak yang pada akhirnya akan menimbulkan standar ganda perawatan.

B. Solusi
        Dalam sistem informasi manajemen rumah sakit ini, fungsi dari bagian perawatan lebih dikonsentrasikan pada pelayanan perawatan/jasa medis secara profesional, fungsi penagihan dilakukan oleh bagian keuangan sedangkan pemberian potongan menjadi wewenang direksi.
Para tenaga medis tidak perlu memikirkan kemampuan finansial pasien dan tidak membeda-bedakan pelayanan kepada pasien karena tenaga medis akan diberi insentif yang sama untuk tindakan yang sama, tidak tergantung kepada siapa pelayanan medis tersebut diberikan. Pola tersebut terbukti mempengaruhi secara positif kinerja para tenaga medis yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
Tindakan perawatan langsung dicatat pada komputer yang terintegrasi dengan bagian keuangan sehingga menutup kemungkinan terjadinya manipulasi data disaat pasien akan membayar biaya perawatan. Tanpa mengurangi misi sosial, pemberian diskon maupun subsidi perawatan pada dasarnya adalah pengurangan keuntungan rumah sakit dan hal ini adalah wewenang direksi yang melalui sistem informasi ini dapat secara cepat mengetahui posisi keuangan rumah sakit.
Contoh diatas merupakan sebagian dari kemampuan sistem informasi manajemen rumah sakit dari Kami, disamping keuntungan lain seperti pencatatan medical record yang terintegrasi, kecepatan pelayanan administratif, sistem inventory control yang baik, fungsi financial yang tepat, serta pembuatan laporan-laporan baik keuangan, perawatan, dll secara cepat dan akurat.

C. Manfaat

a. Manfaat Umum

Memberikan nilai tambah dengan meningkatkan:
· Efisiensi
· Kemudahan
· Standard praktek kedokteran yang baik dan benar
· Dokumentasi yang Auditable dan Accountable
· Mendukung Pemasaran Jasa RS: Mutu, kecepatan, kenyamanan, kepastian, biaya, bahkan gengsi pelayanan
· Meningkatkan profesionalisme dan kinerja manajemen rumah sakit
· Mendukung koordinasi antar bagian dalam rumah sakit
· Meningkatkan akses dan pelayanan rumah sakit terhadap berbagai sumber daya, antara lain mitra usaha potensial seperi Pedagang Besar Farmasi, JAMKESMAS, JAMSOSTEK, ASKES, Instansi / Perusahaan pemberi jaminan kesehatan bagi karyawannya, dll
· Meningkatkan profesionalisme manajemen rumah sakit:
1. Setiap unit akan bekerja sesuai fungsi, tanggung jawab dan wewenangnya;
a. Fungsi Pelayanan dan Informasi
b. Fungsi Perawatan (medical care)
c. Fungsi Penunjang/Supporting
d. Fungsi Administrasi dan Keuangan
e. Fungsi Pengawasan, dll
2. Mendukung kerja sama, keterkaitan dan koordinasi antar bagian / unit dalam rumah sakit. Contoh:
a. Unit Registrasi dengan Unit RM dalam hal Petugas RM dapat mengetahui secara real time pasien yang mendaftar di bag Registrasi.
b. Unit Registrasi dengan Unit Rawat Jalan.
c. Koordinasi antara Unit Rawat Jalan / Rawat Inap dengan Unit Apotik/Farmasi dalam hal Resep Online dan informasi lainnya.
d. Koordinasi antara Unit Rawat Jalan / Rawat Inap dengan Unit Laboratorium, Radiologi, IBS, Gizi, Farmasi, dan Keuangan dan sebaliknya
· Meningkatkan pendapatan rumah sakit.

b. Manfaat Operasional

1) Kecepatan
Manfaat yang paling terasa ketika SIMRS tersebut selesai diimplementasikan adalah kecepatan penyelesaian pekerjaan-pekerjaan administrasi. Ketika dengan sistem manual pengerjaaan tagihan kepada mitra/pihak ke-3, misalnya, memakan waktu sampai 1 bulan sejak pasien selesai dilayani, dengan SIMRS hanya memakan waktu 1-2 hari saja. Kecepatan ini tentu saja membuat efektifitas kerja meningkat. Pada awal pemasangan SIM, ketika aliran kerja belum lancar, peningkatan kecepatan belum terlalu terasa. Namun ketika komitmen seluruh unit untuk tepat waktu memasukkan data dengan akurasi entri data yang tinggi dipenuhi, maka akan terasa sekali dampak dari SIMRS terhadap kecepatan kerja.
2) Akurasi
Hal lain yang juga terasa berubah adalah akurasi data, apabila dulu dengan sistem manual orang harus mencek satu demi satu transaksi, namun sekarang dengan SIMRS hal tersebut cukup dilakukan dengan membandingkan laporan antar unit yang dihasilkan oleh SIM. SIMRS juga dapat mencegah terjadinya duplikasi data untuk transaksi-transaksi tertentu. Misalnya, pasien yang sama diregistrasi 2 kali pada hari yang sama, maka SIMRS akan menolaknya, SIMRS juga akan memberikan peringatan jika tindakan yang sama untuk pasien yang sama dicatat 2 kali, hal ini menjaga agar user lebih teliti.
3) Integrasi
Hal lain yang juga terasa berpengaruh terhadap budaya kerja adalah integrasi data di setiap unit. Bila dengan sistem manual, data pasien harus dimasukkan di setiap unit, maka dengan SIMRS data tersebut cukup sekali dimasukkan di pendaftaran saja. Hal ini jelas mengurangi beban kerja adminstrasi dan menjamin konsistensi data. Ilustrasi pada awal makalah ini merupakan gambaran proses integrasi pada beberapa unit layanan di rumah sakit.
4) Peningkatan pelayanan
Pengaruh SIMRS yang dirasakan oleh pasien adalah semakin cepat dan akuratnya pelayanan. Sekarang pasien tidak perlu menunggu lama untuk menyelesaikan administrasinya, baik rawat inap ataupun rawat jalan. Hal yang sama juga dirasakan perusahaan pelanggan, dimana tagihan yang dikirim cukup akurat dan detil sehingga memudahkan analisa mereka.
5) Peningkatan Efisiensi
Bila sebelumnya, beban pekerjaan lebih ke arah klerikal, sekarang beban pekerjaan lebih ke arah analisa. Sebagai contoh, jika dahulu konsentrasi bagian penagihan adalah membuat tagihan, sekarang konsentrasinya lebih kepada umur tagihan itu sendiri. Selain itu, karena kecepatan dan akurasi data meningkat, maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi berkurang jauh, sehingga karyawan dapat lebih fokus pada pekerjaan utamanya.
Tanpa SIM, perawat harus memasukan data asuhan keperawatan secara berulang-ulang dan sangat memakan waktu, tetapi dengan menggunakan SIM Manajemen Keperawatan, perawat hanya tinggal memasukan data diagnosa penyakit pasien, dan komputer yang akan mencetak laporan SAK untuk ditanda-tangani perawat.
6) Kemudahan pelaporan
Pekerjaan pelaporan adalah pekerjaan yang menyita waktu namun sangat penting. Dengan adanya SIM, proses pelaporan hanya memakan waktu dalam hitungan menit sehingga kita dapat lebih konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut. Pegawai RS yang selama ini lebih banyak bertugas untuk menyusun laporan (Clerikal) sekarang dapat ditingkatkan menjadi petugas verifikasi dan menganalisa laporan yang dihasilkan oleh SIMRS.

c. Manfaat Manajerial

1) Kecepatan mengambil keputusan
Dengan sistem manual, manajer seringkali mengambil keputusan berdasarkan informasi yang mungkin sudah tidak relevan lagi. Belum lagi jika yang dibutuhkan adalah trend berdasarkan selang waktu tertentu (harian/mingguan/dsb), ini mengakibatkan keputusan yang diambil belum tentu sesuai dengan kondisi nyata. Namun dengan SIM, informasi yang disajikan bersifat real time, bahkan kita dapat membuat tabulasi dari informasi tersebut sehingga informasi yang kita dapat sudah sangat spesifik sesuai dengan kebutuhan kita.
Hal ini tentu saja meningkatkan kualitas keputusan kita, di samping tentu saja berkurangnya waktu untuk mengambil keputusan.
2) Akurasi dan kecepatan Identifikasi masalah
Karena laporan-laporan yang dihasilkan SIMRS memberi gambaran dari hari ke hari mengenai kinerja rumah sakit, maka jika ada hal-hal yang tidak normal dapat segera kita ketahui. Hal ini membuat identifikasi potensi masalah dapat dilakukan lebih dini, sehingga tindakan pencegahan atau penanggulangannya dapat segera disusun.
3) Kemudahan penyusunan strategi
Sejalan dengan identifikasi masalah di atas, kita pun dapat menyusun strategi ke depan berdasarkan data populasi, bukan lagi statistik, karena SIMRS mampu memberikan data populasi dengan selang waktu tertentu, bahkan menyajikan kecenderungan datanya kepada kita. Ini tentu saja semakin menajamkan strategi yang kita susun.

d. Manfaat Organisasi

1) Budaya Kerja
Karena SIMRS ini mensyaratkan kedisiplinan dalam pemasukan data, baik ketepatan waktu maupun kebenaran data, maka budaya kerja yang sebelumnya menangguhkan hal-hal seperti itu, menjadi berubah.
Hal ini dapat terjadi karena integrasi SIMRS dengan seluruh unit layanan. Sebagai contoh, jika unit registrasi tidak memasukkan data pasien yang akan berobat, maka unit layanan tidak mungkin dapat memasukkan layanan kepada pasien tersebut, dan kasir pun tidak mungkin menerima pembayaran dari pasien tersebut. Katakanlah semua unit sepakat untuk menangguhkan pemasukan datanya, maka keesokan harinya, manajer akan melihat penurunan trend pasien atau melihat ada pasien-pasien yang menggantung. Ada juga pengalaman menarik yang kami temukan dalam implementasi SIMRS di suatu Rumah Sakit, karena dasar perhitungan imbalan jasa medik untuk dokter dan perawat dihitung berdasarkan data transaksi yang ada di SIM, maka dokter ataupun perawat yang berkepentingan dengan data tersebut otomatis menjadi supervisor data yang dimasukkan tanpa diminta. Implikasinya adalah, sedikit sekali data yang salah atau terlambat dimasukkan.
2) Transparansi
SIMRS Terintegrasi dirancang menganut kebijakan data terpusat, artinya data-data yang digunakan oleh seluruh rumah sakit berada di bawah satu kendali. Misalnya untuk data tarif tindakan, unit layanan tidak boleh dan tidak bisa memasukkan atau mengubah tarif yang ada, data yang mereka masukkan hanya layanan yang diberikan kepada pasien sehingga manipulasi tarif tidak dimungkinkan. Hal lain lagi, pendapatan setiap unit layanan terlihat dari laporan harian yang selalu dilaporkan kepada direktur. Dengan demikian setiap orang dapat melihat jalannya proses transaksi di rumah sakit dan secara tidak langsung juga turut mengawasi proses tersebut.
3) Koordinasi antar unit (Team working)
Karena seringkali data yang digunakan oleh unit layanan tertentu adalah milik unit layanan yang lain, misalnya kode perusahaan pelanggan adalah milik keuangan yang digunakan secara intensif oleh medrec, maka ketika terjadi perubahan terhadap data tersebut, unit yang bersangkutan akan mengkoordinasikannya dengan unit yang terpengaruh. Apabila hal ini tidak dilakukan maka dengan sendirinya akan terjadi kekacauan data referensi.
4) Pemahaman sistem
Apabila dulu dengan sistem manual, sedikit sekali personel yang mengetahui atau perduli dengan proses yang terjadi di unit lain, maka dengan adanya SIMRS hal tersebut terjadi dengan sendirinya. Ini karena seringkali untuk memahami aliran data sampai datang kepada unitnya, melibatkan berbagai unit lain. Ketika terjadi kesalahan setiap user berusaha mencari tempat terjadinya kesalahan tersebut agar bukan unitnya yang disalahkan. Efeknya adalah mereka menjadi paham bagaimana sistem di rumah sakit tersebut bekerja.
5) Mengurangi biaya administrasi
Seringkali orang menyatakan bahwa dengan adanya komputerisasi biaya administrasi meningkat. Padahal dalam jangka panjang yang terjadi adalah sebaliknya, jika dengan sistem manual kita harus membuat laporan lebih dulu di atas kertas, baru kemudian dianalisa, maka dengan SIMRS analisa cukup dilakukan di layar komputer, dan jika sudah benar baru datanya dicetak. Hal ini menjadi penghematan yang cukup signifikan dalam jangka panjang.

Implementasi SIMRS tentunya tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan semua pihak yang terkait serta political will dari pimpinan rumah sakit. Pemanfaatan SIMRS haruslah menjadi kepentingan semua tingkatan manajemen dalam Rumah Sakit, oleh karena itu, pemanfaatan SIMRS Terintegrasi hendaknya menjadi perhatian bagi semua pihak agar semua manfaat penggunaan SIMRS dapat tercapai secara optimal.

D. Summary
  • Sistem Informasi dapat meningkatkan kualitas pelayanan.

  • Sistem Informasi dapat menjaga standar praktek medis yang baik dan benar.

  • Sistem Informasi dapat menjadi alat koordinasi yang sangat efektif.

  • Sistem Informasi dapat menjadi fungsi kontrol yang konsisten.

  • Sistem Informasi dapat meningkatkan Pendapatan

    Source: http://www.simrst.com/tentangsimrs.html

25 Maret 2011

Dokter dan IT?????

Profesi dokter dan pekerja teknologi informasi (TI) merupakan dua buah profesi yang paling banyak diidamkan. Bahkan kebanyakan orang berharap mendapatkan pasangan yang berasal dari salah satu profesi ini.

Ini merupakan hasil dari sebuah survei yang diadakan oleh Synovate. Survei tersebut melibatkan sekira 5.500 responden yang berasal dari beberapa negara berbeda seperti Brazil, Canada, China, Prancis, Malaysia, Afrika Selatan dan Amerika.
Sebaliknya, dalam hasil survei itu, profesi sebagai aktor, musisi, jurnalis dan periklanan, merupakan pekerjaan yang sangat tidak diminati dan orang-orang yang bekerja di bidang tersebut dianggap tidak dapat dipercaya. Bahkan hanya sedikit responden yang berharap mendapatkan pasangan yang berasal dari profesi ini.

Dalam survei tersebut, yang dilansir melalui Reuters, Jumat (19/12/2008), sebanyak 16 persen responden memilih profesi dokter, perawat dan semua pekerjaan yang berhubungan dengan kesehatan sebagai pekerjaan yang diidam-idamkan. Setidaknya, sebagian besar dari mereka berharap mendapatkan pasangan dari salah satu profesi dibidang ini. Raihan ini tergolong sangat tinggi dibanding angka untuk profesi lain.
Kemudian, sekira 14 persen responden mengaku mengidamkan profesi dibidang edukasi. Sedangkan 10 persen dari seluruh responden mengidamkan profesi dan para pekerja di bidang sains dan teknologi (IT).

Angka lebih besar juga didapat pekerja di berbagai profesi ini sebagai pekerja dan pekerjaan yang paling terpercaya dan menjanjikan. Sekira 86 persen responden mempercayai pekerja dibidang edukasi, 87 persen mempercayai para dokter, hasil berikutnya diikuti oleh para pekerja industri dan IT-sains.
Hanya sekira satu persen responden memilih untuk percaya para para pekerja profesional. Sedangkan pekerja industri marketing memperoleh dua persen. Lebih kecil daripada pekerja di bidang entertainer, yang memperoleh sekira tiga persen responden.

Di antara tujuh industri yang masuk daftar poling, bidang media merupakan pekerjaan yang memiliki tingkat kepercayaan paling sedikit.
Hasil survei tersebut juga menemukan bahwa entertainer, corporate excecutive dan pengacara merupakan profesi yang memiliki gaji sangat besar. Sedangkan pekerja rumahan dan bidang edukasi tergolong profesi bergaji rendah

Kompetensi Profesi Seorang Tenaga IT


Seorang Profesi IT yang sekarang yang dibutuhkan tenaga kerja di perusahaan sangat prihatin, seorang yang bisa di bidang IT harus bisa mengerjakan di segala bidang, tidak satu bidang yang seorang IT menguasai juga harus menguasai bidang-bidang yang lain. Seseorang yang ahli di bidang networking harus bisa juga menguasai bidang Database administrator, kenyataan yang ada sekarang di sebuah perusahaan profesi IT itu ibarat sebagai profesi yang ganda, bisa seorang yang mampu dikuasai, dan juga perusahaan ingin membutuhkan kemampuan lebih dari seorang IT, karena seorang perusahan sangat membutuhkan biaya produksi yang murah, dan tenaga kerja yang sedikit tapi mempunyai integritas tinggi terhadap profesi dan Efisien.

Kompetensi seorang  Profesi IT sekarang sangat perihatinkan karena seorang  Profesi IT membagi fokus Pekerjaan dengan terbagi-bagi dan tidak melihat kualitas pengembangan kompetensi seorang Profesi IT.

10 Hal Kompetensi Tenaga Kerja IT
10 hal yang harus dimiliki oleh tenaga kerja IT menurut Jeff Relkin  yang menulis kesepuluh kompetensi itu sebagai berikut:
  1. Memahami teknnologi yang ada sekarang dan teknologi baru yang bermunculan
  2. Mendesain arsitektur teknis
  3. Mengintegrasikan sistem
  4. Mengerti ilmu praktis, pendekatan (approach), organisasi, politik, dan budaya dari bisnis
  5. Manajemen proyek, termasuk perencanaan, prioritas, dan mengelola pekerjaan
  6. Mengkomunikasikan dan mendengarkan; Melakukan pengumpulan informasi (gathering)
  7. Berfokus pada hasil
  8. Berpikir strategis
  9. Berpengaruh dan Meyakinkan
  10. Mampu beradaptasi
Boleh dibilang, kesepuluh kompetensi yang dituliskan di atas banyak benarnya. Dilihat dari  kemampuan teknis bukan segala-galanya. Banyak hal non teknis seperti mengerti proses bisnis, komunikasi, berpengaruh, dan sebagainya yang tidak kalah penting. Hal ini yang seringkali terjadi masalah dalam orang IT (atau boleh diambil contoh, anak IF, seperti sering dikeluhkan oleh dosen-dosen) dalam bekerja. Mereka sangat berkualitas secara teknis. Tapi sayang mereka nggak bisa mengkomunikasikan kemampuannya dengan baik.

Hal ini pula yang mungkin menyebabkan banyaknya orang-orang non IT yang masuk dan sukses hidup di dalam bisnis IT. Masalahnya mereka mampu beradaptasi dengan dunia IT dan melakukan hal-hal non teknis di dalamnya. Bahkan karena kemampuan non-teknis itulah mereka bisa menjadi orang-orang besar dalam bidang ini.

23 Februari 2011

Kesalahan Persepsi tentang Pengelolaan Keuangan BLU

Pegawai BLU bukan lagi PNS ?

BLU harus dikelola secara professional ala bisnis, oleh karena itu, pegawai BLU harus tenaga profesional. Tenaga profesional ini bisa PNS maupun Non PNS. Komposisi jumlah PNS maupun Non PNS dalam suatu BLU dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Kepada pejabat pengelola, dewan pengawas, dan pegawai BLU dapat diberikan remunerasi berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan, setelah ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota atas usulan menteri/pimpinan lembaga/kepala Satuan Kerja Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya. Besaran remunerasi tersebut didasarkan pada kemampuan keuangan BLU.

Source : http://pkblu.perbendaharaan.go.id/persepsi4.php

04 September 2009

INDIKATOR KINERJA RUMAH SAKIT



STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT.
  1. Standar Pelayanan Rumah Sakit Daerah adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat inap maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit.
2. Indikator Merupakan variabel ukuran atau tolok ukur yang dapat menunjukkan indikasi-indikasi terjadinya perubahan tertentu. Untuk mengukur kinerja rumah sakit ada beberapa indikator, yaitu:
  • Input, yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang memberikan pelayanan. misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap dan lain-lain.
  • Proses, yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan yang misalnya kecepatan pelayanan,pelayanan dengan ramah dan lain-;ain.
  • Output, yang dapat menjadi tolok ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah yang dilayani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.
  • Outcome, yang menjadi tolok ukur dan merupakan dampak dari hasil pelayanan sebagai misalnyakeluhan pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan dan lain-lain.
  • Benefit, adalah tolok ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah sakit maupun penerimapelayanan atau pasien yang misal biaya pelayanan yang lebih murah, peningkatan pendapatan rumahsakit.
  • Impact, adalah tolok ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas misalnya angka kematian ibu yang menurun, meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, meningkatnya kesejahteraan karyawan.
3. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam
melakukan kegiatan. Standar ini dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan propinsi,
kabupaten/kota sesuai dengan evidence base.

4. Bahwa rumah Sakit sesuai dengan tuntutan daripada kewenangan wajib yang harus
dilaksanakan oleh rumah sakit propinsi/kabupaten/kota, maka harus memberikan
pelayanan untuk keluarga miskin dengan biaya ditanggung oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota.

5. Secara khusus selain pelayanan yang harus diberikan kepada masyarakat wilayah
setempat maka rumah sakit juga harus meningkatkan manajemen di dalam rumah sakit
yaitu meliputi:

a. Manajemen Sumberdaya Manusia.
b. Manajemen Keuangan.
c. Manajemen Sistem Informasi Rumah Sakit, kedalam dan keluar rumah sakit.
d. Sarana prasarana.
e. Mutu Pelayanan.

PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT (Hospital by Laws)

Dalam rangka melindungi penyelenggaraan rumah sakit, tenaga kesehatan dan melindungi pasien maka rumah sakit perlu mempunyai peraturan internal rumah sakit yang bias disebut hospital by laws. Peraturan tersebut meliputi aturan-aturan berkaitan dengan pelayanan kesehatan, ketenagaan, administrasi dan manajemen. Bentuk peraturan internal rumah sakit (HBL) yang merupakan materi muatan pengaturan dapat meliputi antara lain: Tata tertib rawat inap pasien, identitas pasien, hak dan kewajiban pasien, dokter dan rumah sakit,
informed consent, rekam medik, visum et repertum, wajib simpan rahasia kedokteran, komete medik, panitia etik kedokteran, panitia etika rumah sakit, hak akses dokter terhadap fasilitas rumah sakit, persyaratan kerja, jaminan keselamatan dan kesehatan, kontrak kerja dengan tenaga kesehatan dan rekanan. Bentuk dari Hispital by laws dapat merupakan Peraturan Rumah Sakit, Standar Operating Procedure (SOP), Surat Keputusan, Surat Penugasan, Pengumuman, Pemberitahuan dan Perjanjian (MOU). Peraturan internal rumah sakit (HBL) antara rumah sakit satu dengan yang lainnya tidak harus sama materi muatannya, hal tersebut tergantung pada: sejarahnya, pendiriannya, kepemilikannya, situasi dan kondisi yang ada pada rumah sakit tersebut.

Namun demikian peraturan internal rumah sakit tidak boleh bertentangan dengan peraturan diatasnya seperti Keputusan Menteri, Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah dan Undang-undang. Dalam bidang kesehatan pengaturan tersebut harus selaras dengan Undang-undang nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan peraturan pelaksanaannya.

PENGHITUNGAN EFISIENSI

Indikator penilaian efisiensi pelayanan adalah:
- Bed occupancy rate.
- Bed turn over.
- Length of stay.
- Turn over interval.

Bed occupancy rate (BOR) atau Pemakaian Tempat Tidur dipegunakan untuk melihat berapa banyak tempat tidur di rumah sakit yang digunakan pasien dalam suatu masa.

Jumlah hari perawatan
BOR = —————————-----———– x 100%
Jumlah TT x hari perawatan

Prosentase ini menunjukkan sampai berapa jauh pemakaian tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu. Bila nilai ini mendekati 100 berarti ideal tetapi bila BOR Rumah Sakit 60-80% sudah bias dikatakan ideal.
BOR antara rumah sakit yang berbeda tidak bisa dibandingkan oleh karena adanya perbedaan fasilitas rumah
sakit, tindakan medik, perbedaan teknologi intervensi. Semua per bedaan tadi disebut sebagai “case mix”.

Turn over internal (TOI), waktu rata-rata suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien sampai ditempati lagi oleh pasien lain.

(Jumlah TT x 365) – hari perawatan
TOI = ————————------------------——————– x 100%
Jumlah semua pasien keluar hidup + mati

TOI diusahakan lebih kecil daripada 5 hari.

Bed turn over (BTO), berpa kali satu tempat tidur ditempati pasien dalam satu tahun. Usahakan BTO lebih besar dari 40.

Length of stay yang baik 5-13 hari atau maksimum 12 hari, 6-10 hari.

Infant mortality rate (angka kematian bayi). Standar 20%

Jumlah kematian bayi yang lahir di RS
IMR = ——————-----------—------------—————————- x 100%
Jumlah bayi yang lahir di RS dalam waktu tertentu

Maternal Mortality Rate (MMR) atau angka kematian ibu melahirkan. Standard 0,25% atau antara 0,1-0,2%

Jumlah pasien obstetri yang meninggal
MMR = ———————————————-----------------——— x 100%
Jumlah pasien obstetri dalam jangka waktu tertentu


Foetal Death Rate (FDR) atau angka bayi lahir mati. Standar 2%.

Jumlah kematian bayi dengan umur kandungan 20 minggu
FDR = —————————————————--------------------———- x 100%
Jumlah semua kelahiran dalam jangka waktu tertentu

Post Operative Death Rate (FODR) atau angka kematian pasca bedah.
Standar 1%.
Jumlah kematian setelah operasi dalam satu periode
FODR = ————————————————---------------------------—— x 100%
Jumlah pasien yang dioperasi dalam periode yang sama

Angka kematian sectio caesaria. Standar 5%.

Dalam usaha memperkecil pengaruh “case mix” untuk menilai tingkat efisiensi digunakan indikator yang lebih tajam, indikator yang dimaksud adalah:

Av LOS pasien prabedah

Pasien yang akan dioperasi biasanya harus menjalani pemeriksaan radiologi dan laboratorium serta perlu observasi terhadap keadaan tertentu. Jadi sebelum operasi pasien telah menggunakan jasa rumah sakit yang tidak sedikit. Lebih banyak pemeriksaan atau lebih lama observasi tentunya lebih banyak menggunakan sumber daya rumah sakit. Agar efisiensi maka pemborosan harus ditekan. Bertambah singkat Av LOS
prabedah, bertambah hemat atau bertambah efisien pelayanan yang diberikan.

Av LOS penyakit tertentu atau tracer conditions.

Telah disusun kelompok-kelompok diagnosis penyakit yang tidak berbeda banyak cara penganannya mediknya, tidak berbeda banyak Av LOS-nya, dan hampir sama menyerap sumber dayanya. Kelompok penyakit ini disebut Diagnosis Related Group (DRG). Dalam DRG ini ada 83 kelompok diagnesis yang masih terbagi lagi menjadi 383 subkelompok.

INDIKATOR PENILAIAN

Untuk menilai pemanfaatan tenaga dipergunakan indikator:
- Rasio kunjungan dengan jumlah tenaga perawat jalan.
- Rasio jumlah hari perawatan dengan jumlah tenaga perawat inap.
- Rasio jumlah paisien intensif dengan jumlah tenaga perawat yang melayani.
- Rasio persalinan dengan tenaga bidan yang melayani.

Indikator untuk penilaian cakupan pelayanan adalah:
- Rata-rata kunjungan per hari
- Rata-rata kunjungan baru per hari
- Rasio kunjungan baru dengan total kunjungan
- Jumlah rata-rata pasien ugd per hari
- Rata-rata pasien intensif per hari
- Rata-rata pasien intensif perhari
- Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari
- Prosentase r/ yang dilayani terhadap r/ rumah sakit
- Prosentase item obat dalam formularium
- Jumlah pelayanan ambulans
- Rasio banyaknya cucian dengan pasien rawat inap
- Prosentase penyediaan makanan khusus
- Rasio pasien rawat jalan terhadap jumlah penduduk dalam, catchment area
- Admission use rate
- Hospitalization rate


18 Juli 2009

ERD (Entity Relationship Diagram)

Membuat ERD
Entity Relationship Diagram adalah pemodelan data utama dan akan membantu
mengorganisasikan data dalam suatu proyek ke dalam entitas-entitas dan menentukan
hubungan antar entitas.

Entitas (Entity)
Entitas adalah suatu yang nyata atau abstrak dimana kita akan menyimpan data. Contoh
entitas pegawai, entitas kampus, entitas buku dsb.

Relasi (Relationship)
Relasi adalah hubungan alamiah yang terjadi antara satu atau lebih entitas, misal proses
pembayaran pegawai. Kardinalitas menentukan kejadian suatu entitas untuk satu
kejadian pada entitas yang berhubungan. Misal, mahasiswa bisa mengambil banyak
mata kuliah

Atribut (Attribute)
Atribut adalah ciri umum semua atau sebagian besar instansi pada entitas tertentu.
Sebutan lain atribut adalah properti, elemen data dan field. Misal, nama, alamat, nomor
pegawai, gaji dsb.

Contoh Kasus:
Sebuah perusahaan mempunyai beberapa bagian.
Masing-masing bagian mempunyai pengawas dan setidaknya satu pegawai.
Pegawai ditugaskan paling tidak di satu bagian (dapat pula dibeberapa bagian).
Paling tidak satu pegawai mendapat tugas di satu proyek.
Tetapi seorang pegawai dapat libur dan tidak dapat tugas di proyek.

1. Menentukan entitas
Entitasnya : pengawas, bagian, pegawai, proyek

2. Menentukan relasi dengan matrik relasi







3. Gambar ERD sementara
Hubungkan entitas sesuai dengan matrik relasi yang dibuat